Follow Us

Setingan macro untuk SGP/m1887

Monggo di coba y mas




Pagi yang indah dihiasi suara burung yang sibuk bernyanyi dengan suara merdunya. Suasananya menggembirakan persis seperti suasana hatiku.
Yah aku begitu gembira karena kejadian kemarin, kejadian yang begitu berkesan bagiku. Tentu saja hal yang sepenting ini harus aku ceritakan kepada sahabatku Marta. Marta adalah sosok sahabat yang menyenangkan dan selalu setia mendengarkan isi hatiku. Memang sulit dibayangkan, bagaimana bisa seorang anak yang tomboy dan asyik seperti Marta, mau bersahabat dengan anak cupu dan kuper sepertiku.
“Tumben banget loe mau bahas masalah cowok?” kata Marta sambil mengejekku
“Tumben gimana? bukannya aku selalu dengerin curhatan kamu masalah penyemangat kamu itu” aku membela diriku
“Oh ya… tapi gue kurang yakin sama loe” Marta kembali membuatku kesal
“Yah, kalau itu kan terserah kamu mau percaya atau enggak. Yang pasti aku mau curhat sama kamu” aku membalas ucapan Marta seolah aku tidak peduli bahwa dia tidak percaya padaku, padahal di dalam hati, aku sedikit kesal pada Marta
“Iya iya sorry Vita sahabatku, trus loe mau cerita apaan?” Marta terlihat bersalah dengan kata-kata yang dilontarkannya tadi.
“Aku kemarin ketemu cowok di toko bukunya Wahyu” Aku menceritakan kepada Marta tentang kejadian yang membuatku segembira ini dengan penuh semangat.
Marta yang awalnya tidak begitu merespon, tiba-tiba dia menunjukkan rasa ingin tahunya tentang hal yang membuat sahabatnya benar-benar menjadi seperti anak SMA yang sudah mulai tertarik pada lawan jenis.
“Terus gimana? loe diajakin kenalan sama dia?” Marta terlihat begitu penasaran dan benar-benar ingin tahu
“Enggak sih, tapi dia senyum-senyum gitu sama aku” Aku menceritakan pada Marta tentang kejadian yang sebenarnya
“Ya ampun Vita, kalau Cuma senyum sih udah biasa. Mungkin dia orangnya emang ramah. Jangan diambil hati dulu deh, takutnya dia Cuma iseng lagi” Marta terlihat kecewa dan mencoba menasehatiku dengan nada sedikit mengejek.
Entah apakah benar yang dikatakan oleh Marta, aku juga tidak tahu. Yang aku tahu cowok di toko buku itu adalah cowok yang keren dan memang ramah.
Keesokan harinya, kebetulan hari minggu. Marta mengajakku jalan dan bertemu dengan teman-temannya yang mungkin jauh lebih asyik daripada aku. Katanya sih, di sana juga ada penyemanagatnya yang akan dia kenalkan kepadaku. Yah, Marta memang sering bercerita tentang cowok yang dia sukai yang biasa dia panggil “penyemangatku”. Aku kurang tertarik dengan cowok misterius yang tentu saja cowok idaman Marta itu. Saat Marta membahas tentang si cowok penyemangat itu, aku memang mendengarkannya, tapi tidak terlalu penasaran bagaimana dan seperti apa dia.
Hari minggu merupakan hari yang menyenangkan bagiku, aku bisa menghabiskan waktuku dengan membaca novel dan pergi ke toko buku. Aku memang jarang membaca buku pelajaran. Mungkin karena aku terlalau jenuh kalau keseharianku selalu aku habiskan dengan Matematika dan Ipa sebagai makanan sehari-hari di sekolahku, SMA Tunas Bangsa. Ketika Marta mengajakku nongkrong, tentu saja aku menolak.
“Yah loe gak asyik ah, pantes aja loe gak punya banyak teman. Ayo lah Vit, ikut aja”
Marta membujukku dengan kata-katanya yang ceplas-ceplos yang tanpa dia sadari membuatku tersinggung
“Aduh, aku gak suka kalau jalan ataupun nongkrong sama orang yang gak kenal baik sama aku” Aku mencari alasan untuk tidak ikut dengan Marta
“Jadi loe nganggep gue apa? loe kan udah kenal lama sama gue” Marta kembali membuatku tidak punya alasan untuk menolak.
Tapi, setelah cukup lama dia membujukku dan tak berhasil, maka dia memutuskan untuk pergi dengan temannya yang lain dan meninggalkan aku. Aku merasa merdeka dan berfikir untuk pergi ke toko buku milik Wahyu, teman sekelasku. Siapa tahu bisa bertemu dengan cowok keren dan ramah yang aku ceritakan kepada Marta.
Saat di toko buku, seperti biasa aku selalu mencari novel terbaru dengan cerita cinta yang seru. Meskipun pada kenyataannya aku tidak terlalu tertarik buat pacaran, tapi aku selalau suka novel tentang cinta.
“Yang ini deh Yu, kayaknya ceritanya seru” Aku menunjukkan novel pilihanku pada wahyu yang sedang berada di dekat mesin kasir.
“Oke Vit, harganya Rp. 25.000” Wahyu membungkus novel yang aku beli dan aku pun membayarnya.


Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Setingan macro untuk SGP/m1887"