Script Macro Point Blank Standar
Monggo di Coba y mas
jangan Lupa Coment yang baik :)
Oh iya, perkenalkan namaku Alif. Aku anak yang sederhana. Tubuh yang tidak begitu kurus juga tidak gendut. Tinggiku 163 cm. Haha ini seperti pendaftaran. Ok, aku anak yang gayanya biasa aja, tidak ada yang istimewa, hanya saja banyak yang bilang aku memiliki senyum yang manis haha kata orang aja. Yaa… bisa dibilang aku anaknya cuek, malas mungkin.
Setelah segala pertentangan batin terjadi aku merapikan pakaianku, aku berpamitan pada orangtuaku yang sedari tadi menatapku tidak percaya. Aku tau mereka bingung, begitu halnya aku. Aku juga bingung kenapa hari ini aku lebih rajin bangun lebih awal. Hari ini aku lebih awal berangkat ke sekolah yaitu 07:05. Iya, aku tau. Tapi dibanding sebelum-sebelumnya ini hari tercepat aku berangkat.
Sesampai di sekolah yang tidak memerlukan banyak waktu yaitu kurang lebih 8 menit aku benar tidak terlambat hanya saja nampak semua murid telah mengatur barisan sesuai kelas masing-masing. Aku setengah berlari mencari barisan kelasku yang diikuti banyak pasang mata yang melihatku dengan keheranan. Jangan ditanya kenapa, kalian pasti sudah tau jawabannya.
Setelah upacara yang melelahkan tersebut ditambah tatapan teman sekelas aku yang membuatku nampak seperti seleb dadakan. Aku merebahkan badanku pada bangku-bangku yang tadinya aku susun bermaksud melanjutkan tidurku sebelum guru BP masuk kelas. Deg, seketika itu aku bangkit memperbaiki dudukku. Aku cemas setengah hidup, aku khawatir pada diriku. Perasaan aku sudah datang tepat waktu, upacara pun aku ikut lagian juga aku tidak bikin gaduh selain berniat melanjutkan tidurku. “Ah, apalagi ini” gumamku pelan. Namun pak guru itu memperhatikan kami semua dan hendak mulai membuka suara. “Silahkan masuk” perintahnya pada seorang gadis yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu, aku tak begitu memperhatikannya.
“Ok anak-anak ini teman baru kalian, dia baru pindah sekolah. Nah, silahkan perkenalkan dirimu” pintahnya pada gadis itu. “Hai, nama aku Zahra An-nisa, kalian bisa memanggilku zahra. Aku harap selanjutnya kita bisa berteman, senang bertemu dengan kalian” ucapanya panjang mencoba seramah mungkin dan tak lupa tersenyum. Aku memperhatikannya dengan saksama setelah tadi tak bersemangat. Suara kecilnya tadi berhasil membuatku menoleh. Dia nampak sangat anggun dengan balutan hijab abu-abu yang menutupi dadanya. Muka yang berbentuk oval itu sangat cantik, mata bulatnya yang terlihat berbinar-binar dan senyuman itu yang berhasil membuatku bergetar. Aku menggeleng menyadarkan diriku dari kekaguman ini sebelum guru BP menyuruhnya mencari tempat yang kosong dan itu artinya dia berjauhan dariku karena cuman bangku kedua dari depan yang besebrangan denganku yang belum terisi. “Tidak, kenapa aku peduli” cercaku dalam hati.
Selanjutnya pak guru mengatakan bahwa guru mata pelajari pertama tidak hadir dikarenakan anaknya yang sakit dan kami diminta belajar sendiri, setelahnya dia pamit dengan menatap tajam ke arah kami. Aku merasa lega tak bermasalah hari ini, apalagi pada guru BP yang terkenal galak itu. Selanjutnya aku hanya memperhatikan gadis berkerudung itu tanpa berniat melanjutkan niat tidurku yang sempat tertunda. Dia nampak sedang bercakap dengan teman sebangkunya, mungkin sedang berkenalan aku tak bisa dengar dikarenakan kelas mulai berisik selepas guru tadi pergi. Sesekali kulihat dia tertawa kadang juga dengan wajah seriusnya ketika teman sebangkunya bicara. Aku suka ketika dia tersenyum, senyumannya begitu manis.
Setelah kehadiran gadis berkerudung itu, hidupku perlahan berubah. Orangtuaku pun heran walau sebenarnya mereka bersyukur. Dari yang dulunya aku sering terlambat bangun kini aku selalu bangun lebih awal, sholat shubuh ku pun yang keseringan kesiangan kini perlahan teratur walau setelahnya aku lanjut tidur hehe. Rambutku pun aku potong agar lebih rapi. Mungkin dia alasan kenapa aku sering cepat berangkat ke sekolah. Entahlah.
Setelah beberapa hari ini batinku terus tersiksa karena makhluk Tuhan yang bernama Zahra itu. Aku terus saja mencuri pandang jika ada dia. Apa lagi ketika di kelas. Aku suka senyumnya. Aku sesekali pura-pura pergi ke kantin sekolah saat istirahat ketika ku tau dia berada di sana. Tidak, aku tak mendekatinya atau bahkan sekedar menyapanya. Aku terlalu pengecut untuk hal ini. Namun cukup bagiku menatapnya saja aku sudah bahagia, apalagi melihatnya tersenyum.
Selama ini aku menilainya gadis yang baik, anggun, ceria, sopan dan religius. Ya, mungkin aku benar-benar jatuh cinta padanya. Namun, tak ada niat pun untuk aku mengungkapkannya, apalagi hendak menjadikannya kekasihku. Aku tau, seorang perempuan yang baik seperti dia tidak mungkin untuk sekedar dijadikan kekasih anak SMA. Mungkin ada saatnya, saat jodoh mentakdirkanku bersamanya. Dan aku berharap akan ini. Walau yang aku tau sekali pun dia tak pernah menoleh kepadaku. Si cowok pengagum ini. Namun nampaknya aku harus merubah semua, termasuk niatku. Seperti yang banyak orang katakan jodoh adalah cerminan dirimu dan aku tak ingin tetap seperti ini. Haha nampaknya aku mulai sedikit dewasa.
Cerpen Karangan: Marlina Shanty Wahdaniah
Facebook: Marlina Shanty Wahdaniah
Marlina shanty wahdaniah fb aku. Mampir ya walau sekedar menyapa agar aku tau bahwa kalian ada. Hihi
Cerpen Berawal Karnanya merupakan cerita pendek karangan Marlina Shanty Wahdaniah, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
jangan Lupa Coment yang baik :)
Oh iya, perkenalkan namaku Alif. Aku anak yang sederhana. Tubuh yang tidak begitu kurus juga tidak gendut. Tinggiku 163 cm. Haha ini seperti pendaftaran. Ok, aku anak yang gayanya biasa aja, tidak ada yang istimewa, hanya saja banyak yang bilang aku memiliki senyum yang manis haha kata orang aja. Yaa… bisa dibilang aku anaknya cuek, malas mungkin.
Setelah segala pertentangan batin terjadi aku merapikan pakaianku, aku berpamitan pada orangtuaku yang sedari tadi menatapku tidak percaya. Aku tau mereka bingung, begitu halnya aku. Aku juga bingung kenapa hari ini aku lebih rajin bangun lebih awal. Hari ini aku lebih awal berangkat ke sekolah yaitu 07:05. Iya, aku tau. Tapi dibanding sebelum-sebelumnya ini hari tercepat aku berangkat.
Sesampai di sekolah yang tidak memerlukan banyak waktu yaitu kurang lebih 8 menit aku benar tidak terlambat hanya saja nampak semua murid telah mengatur barisan sesuai kelas masing-masing. Aku setengah berlari mencari barisan kelasku yang diikuti banyak pasang mata yang melihatku dengan keheranan. Jangan ditanya kenapa, kalian pasti sudah tau jawabannya.
Setelah upacara yang melelahkan tersebut ditambah tatapan teman sekelas aku yang membuatku nampak seperti seleb dadakan. Aku merebahkan badanku pada bangku-bangku yang tadinya aku susun bermaksud melanjutkan tidurku sebelum guru BP masuk kelas. Deg, seketika itu aku bangkit memperbaiki dudukku. Aku cemas setengah hidup, aku khawatir pada diriku. Perasaan aku sudah datang tepat waktu, upacara pun aku ikut lagian juga aku tidak bikin gaduh selain berniat melanjutkan tidurku. “Ah, apalagi ini” gumamku pelan. Namun pak guru itu memperhatikan kami semua dan hendak mulai membuka suara. “Silahkan masuk” perintahnya pada seorang gadis yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu, aku tak begitu memperhatikannya.
“Ok anak-anak ini teman baru kalian, dia baru pindah sekolah. Nah, silahkan perkenalkan dirimu” pintahnya pada gadis itu. “Hai, nama aku Zahra An-nisa, kalian bisa memanggilku zahra. Aku harap selanjutnya kita bisa berteman, senang bertemu dengan kalian” ucapanya panjang mencoba seramah mungkin dan tak lupa tersenyum. Aku memperhatikannya dengan saksama setelah tadi tak bersemangat. Suara kecilnya tadi berhasil membuatku menoleh. Dia nampak sangat anggun dengan balutan hijab abu-abu yang menutupi dadanya. Muka yang berbentuk oval itu sangat cantik, mata bulatnya yang terlihat berbinar-binar dan senyuman itu yang berhasil membuatku bergetar. Aku menggeleng menyadarkan diriku dari kekaguman ini sebelum guru BP menyuruhnya mencari tempat yang kosong dan itu artinya dia berjauhan dariku karena cuman bangku kedua dari depan yang besebrangan denganku yang belum terisi. “Tidak, kenapa aku peduli” cercaku dalam hati.
Selanjutnya pak guru mengatakan bahwa guru mata pelajari pertama tidak hadir dikarenakan anaknya yang sakit dan kami diminta belajar sendiri, setelahnya dia pamit dengan menatap tajam ke arah kami. Aku merasa lega tak bermasalah hari ini, apalagi pada guru BP yang terkenal galak itu. Selanjutnya aku hanya memperhatikan gadis berkerudung itu tanpa berniat melanjutkan niat tidurku yang sempat tertunda. Dia nampak sedang bercakap dengan teman sebangkunya, mungkin sedang berkenalan aku tak bisa dengar dikarenakan kelas mulai berisik selepas guru tadi pergi. Sesekali kulihat dia tertawa kadang juga dengan wajah seriusnya ketika teman sebangkunya bicara. Aku suka ketika dia tersenyum, senyumannya begitu manis.
Setelah kehadiran gadis berkerudung itu, hidupku perlahan berubah. Orangtuaku pun heran walau sebenarnya mereka bersyukur. Dari yang dulunya aku sering terlambat bangun kini aku selalu bangun lebih awal, sholat shubuh ku pun yang keseringan kesiangan kini perlahan teratur walau setelahnya aku lanjut tidur hehe. Rambutku pun aku potong agar lebih rapi. Mungkin dia alasan kenapa aku sering cepat berangkat ke sekolah. Entahlah.
Setelah beberapa hari ini batinku terus tersiksa karena makhluk Tuhan yang bernama Zahra itu. Aku terus saja mencuri pandang jika ada dia. Apa lagi ketika di kelas. Aku suka senyumnya. Aku sesekali pura-pura pergi ke kantin sekolah saat istirahat ketika ku tau dia berada di sana. Tidak, aku tak mendekatinya atau bahkan sekedar menyapanya. Aku terlalu pengecut untuk hal ini. Namun cukup bagiku menatapnya saja aku sudah bahagia, apalagi melihatnya tersenyum.
Selama ini aku menilainya gadis yang baik, anggun, ceria, sopan dan religius. Ya, mungkin aku benar-benar jatuh cinta padanya. Namun, tak ada niat pun untuk aku mengungkapkannya, apalagi hendak menjadikannya kekasihku. Aku tau, seorang perempuan yang baik seperti dia tidak mungkin untuk sekedar dijadikan kekasih anak SMA. Mungkin ada saatnya, saat jodoh mentakdirkanku bersamanya. Dan aku berharap akan ini. Walau yang aku tau sekali pun dia tak pernah menoleh kepadaku. Si cowok pengagum ini. Namun nampaknya aku harus merubah semua, termasuk niatku. Seperti yang banyak orang katakan jodoh adalah cerminan dirimu dan aku tak ingin tetap seperti ini. Haha nampaknya aku mulai sedikit dewasa.
Cerpen Karangan: Marlina Shanty Wahdaniah
Facebook: Marlina Shanty Wahdaniah
Marlina shanty wahdaniah fb aku. Mampir ya walau sekedar menyapa agar aku tau bahwa kalian ada. Hihi
Cerpen Berawal Karnanya merupakan cerita pendek karangan Marlina Shanty Wahdaniah, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
0 Response to "Script Macro Point Blank Standar"
Post a Comment